13 November 2008

INTROSPEKSI

Menatap wajah wajah haus dengan tatap harap
Tertata sebuah mimpi memandu dedikasi
Atas nama pendidikan celoteh seorang guru
Ketika menampar pipi anak didiknya
Atas nama ilmu alibi seorang guru
Ketika mewajibkan siswanya untuk membeli buku

Betapa bunga bermekaran
Masih banyak guru yang meniti introspeksi
Melangkah pelan tapi pasti
Memenggal kode etik
Membakar akar pembelajaran aktif
Memetik hasil evaluasi
Alangkah indahnya…

Namun,
Atas nama apa ketika kelas begitu banyak yang terbengkalai?
Atas nama apa ketika guru selalu terlambat memasuki kelas?
Atas nama ketika guru begitu mudah memark up nilai?
Lalu atas nama apa
Ketika guru segera meninggalkan kelas tanpa bekas?
Tanpa menoleh kembali
Adakah yang belum terpenuhi?
Lalu atas nama Apa
Aku sendiri malu untuk menyebutkannya.


BERHALA ITU BERNAMA SERTIFIKASI


Hai kawan,
Tahukah kau ada berhala baru abad ini?
Semua sibuk menyembahnya?
Seolah-olah ia Tuhan baru yang begitu sempurna tercipta
Penuh janji untuk memenuhi harap hati
Penuh harapan untuk mencapai sebuah angan

Ah, ….
Menderas makin gerimis mataku
Pilu menatap para guru


Lalu, mau dikemanakan negeri ini kalau guru sibuk fotokopi?
Merenda merekayasa dan mencoba meraih mimpi
Meletakkan nilai-nilai kejujuran jauh di lubuk hati
Mencoba menipu diri

Lalu,
Terbang kemana nasihat mulia untuk para siswa
“Jangan nyontek anakku,
Jujurlah pada dirimu
Punyalah rasa malu
Jangan penah berbangga, akan nilai yang sesungguhnya tak ada”

Pedang seolah menghujam dalam dada
Kejujuran profesional sudah tak ada
Haus sejahtera seolah alibi yang tak bisa dipungkiri
Dalam gerimis airmata
Portofolio kau dekap dalam dada

Gemetar tangan menggenggam mimpi
Kapan aku akan mendapat tunjangan profesi
Seolah dengan itu semua hutang lunas
Semua mimpi tergali
Semua rindu terpadu

Di lain arena
Para oportunis segera memanfaatkan situasi
Menangkap dengan jeli peluang untuk mengeruk rizki
Seminar, diklat. Workshop, Tingkat lokal, nasional dan internasional
Menjamur, meyebar bak virus angkara murka
Mengikat nurani memasungnya dalam jerat
Kejujuran membuat hancur
Kecerdasan adalah menghalalkan semua cara
Portofolio sekedar imitasi
Gerimis airmata ini

3 komentar:

  1. Kegelisahan itu belum seberapa, jika dibandingkan dengan kenyataan bahwa Sertifikasi hanyalah bualan politik belaka.
    Lihatlah para badut mempertontonkan kebodohannya.
    Kenapa harus sertifikasi?
    Kasi ajah itu guru-guru insentif, gampang. Salurkan langsung tanpa syarat. Kenapa harus repot, seh?
    Dan ketika "pak tua" terpojokan di sudut ruang oleh pertanyaan sang cendikia, "duitnya ada ga?".
    Tubuh "pak tua" lemas, sejenak diam lalu ia menjawab:
    "Itulah bro, persoalannya. Duit dari mana? Ya ga ada."
    ...emh, ya itu dananya dari mana? Wong hutang aja masih bergudang-gudang".
    "Makanya, kami persulit aja persyaratan Sertifikasi Guru itu, kadung ada UU-nya."

    Fakta realistis:
    1. Ribuan GBS di Jakarta belum diangkat jadi CPNS, karna memang tidak ada dana untuk meng-gaji mereka. (pengakuan petinggi Disdik DKI, pada seorang guru besar/ tapi ini off the record ya)

    2. Ratio Anggaran 20 % untuk pendidikan berbanding terbalik dengan biaya kampanye, biaya entertain politik, biaya pesiar, dan biaya biaya tak jelas lainnya.

    3. Depdiknas adalah satu dari 3 Departemen terkorup di negeri ini; lainnya Depkes dan Depag.

    4. Otak kita dikotori oleh para begundal Depdiknas, Hati kita dicabik-cabik oleh laskar Jahanam Depag, darah kita terkontaminasi virus laknat Depkes.(lengkap sudah nak, penderitaanmu)

    5. JADI. Adalah bullshit, jika APBN mampu memberikan konpensasi atas apa yang mereka namakan "SERTIFIKASI".
    Sekali lagi "Duit dari mana?"

    Lalu, KONKLUSINYA?

    Just forget it. Go to Hell SERTIFIKASI.

    BalasHapus
  2. Numpang belajar bu guru... Rasanya saya juga kurban berhala sertifikasi ini. Lulus sih angkatan ke-2, tapi tunjangan hm... nol gedhe sampai ini hari. Salam

    BalasHapus
  3. Allahu Akbar.
    RY Menang telak.
    yuk kita bareng bareng minta intensif guru kab. bogor, dinaikan.
    (ya udah ngaku, dari parung panjang ke kayumanis, yang komentarnya dipajang pasti manis)

    BalasHapus