13 November 2008

INTROSPEKSI

Menatap wajah wajah haus dengan tatap harap
Tertata sebuah mimpi memandu dedikasi
Atas nama pendidikan celoteh seorang guru
Ketika menampar pipi anak didiknya
Atas nama ilmu alibi seorang guru
Ketika mewajibkan siswanya untuk membeli buku

Betapa bunga bermekaran
Masih banyak guru yang meniti introspeksi
Melangkah pelan tapi pasti
Memenggal kode etik
Membakar akar pembelajaran aktif
Memetik hasil evaluasi
Alangkah indahnya…

Namun,
Atas nama apa ketika kelas begitu banyak yang terbengkalai?
Atas nama apa ketika guru selalu terlambat memasuki kelas?
Atas nama ketika guru begitu mudah memark up nilai?
Lalu atas nama apa
Ketika guru segera meninggalkan kelas tanpa bekas?
Tanpa menoleh kembali
Adakah yang belum terpenuhi?
Lalu atas nama Apa
Aku sendiri malu untuk menyebutkannya.


BERHALA ITU BERNAMA SERTIFIKASI


Hai kawan,
Tahukah kau ada berhala baru abad ini?
Semua sibuk menyembahnya?
Seolah-olah ia Tuhan baru yang begitu sempurna tercipta
Penuh janji untuk memenuhi harap hati
Penuh harapan untuk mencapai sebuah angan

Ah, ….
Menderas makin gerimis mataku
Pilu menatap para guru


Lalu, mau dikemanakan negeri ini kalau guru sibuk fotokopi?
Merenda merekayasa dan mencoba meraih mimpi
Meletakkan nilai-nilai kejujuran jauh di lubuk hati
Mencoba menipu diri

Lalu,
Terbang kemana nasihat mulia untuk para siswa
“Jangan nyontek anakku,
Jujurlah pada dirimu
Punyalah rasa malu
Jangan penah berbangga, akan nilai yang sesungguhnya tak ada”

Pedang seolah menghujam dalam dada
Kejujuran profesional sudah tak ada
Haus sejahtera seolah alibi yang tak bisa dipungkiri
Dalam gerimis airmata
Portofolio kau dekap dalam dada

Gemetar tangan menggenggam mimpi
Kapan aku akan mendapat tunjangan profesi
Seolah dengan itu semua hutang lunas
Semua mimpi tergali
Semua rindu terpadu

Di lain arena
Para oportunis segera memanfaatkan situasi
Menangkap dengan jeli peluang untuk mengeruk rizki
Seminar, diklat. Workshop, Tingkat lokal, nasional dan internasional
Menjamur, meyebar bak virus angkara murka
Mengikat nurani memasungnya dalam jerat
Kejujuran membuat hancur
Kecerdasan adalah menghalalkan semua cara
Portofolio sekedar imitasi
Gerimis airmata ini

31 Agustus 2008

STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

1. Konsep
Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Istilah lain : direct instruction, chalk and talk..
2. Karakteristik:
a. verbal/lisan
b. materi sudah jadi seperti data atau konsep atau fakta-fakta tertentu.
c. Tujuan utama siswa menguasai materi pelajaran itu sendiri
3. Strategi ini bisa digunakan apabila:
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview)
b. Guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, Mis. Supaya siswa hafal urutan pembuatan kain batik
c. Jika bahan yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa entang topik tertentu
e. Guru menginginkan untuk mendemostrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
f. Apabila siswa mempunyai kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g. Apabila guru ingin mengajarkan pada sekelompok siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah
h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa
i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Prinsip-prinsip penggunaan SPE:
a. Berorientasi pada tujuan
b. Prinsip komunikasi
c. Prinsip kesiapan
d. Prinsip keberlanjutan
5. Prosedur Pelaksanaan SPE:
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
b. Mengasai materi pelajaran dengan baik
c. Mengenali medan dan berbagai hal yang dapat mempenagruhi proses penyampaian
6. Langkah-langkah penerapan SPE:
a. Persiapan (preparation)
Tujuan persiapan:
• Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif
• Membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa
• Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
• Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
Langkah-langkah persiapan:
• Berikan sugesti positif dan hindari sugesti yang negative
• Sampaikan tujuan pembelajaran pada siswa
• Bukalah file dalam otak siswa
b. Penyajian (presentation)
• Hal yang perlu diperhatikan
• Penggunaan bahasa
• Intonasi suara
• Kontak mata
• Joke yang menyegarkan/intermezzo
c. Korelasi (correlation)
Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d. Menyimpulkan
Tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan
Cara menyimpulkan:
• Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan
• Memberikan pertanyaan yang relevan
• Dengan Maping melalui pemetaan keterkaitan antarmateri.
e. Mengaplikasi (application)
Merupakan langkah untuk unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.
Teknik yang digunakan:
• Membuat tugas yang relevan
• Memberikan tes yang relevan
7. Keunggulan SPE:
a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran
b. Efektif apabila materi cukup luas, tapi waktu terbatas
c. Selain mendengar melalui penuturan siswa juga bisa melihat/mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi)
d. Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar

8. Kelemahan SPE:
a. Hanya bisa digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik
b. Tidak bisa melayani perbedaan individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar
c. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan SPE sangat tergantung dengan guru (persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan kemampuan bertutur serta kemampuan mengelola kelas.
e. Kesempatan untuk mengontrol kemampuan siswa terbatas karena bersifat oneway communication.

Sumber :
Dr. Wina Sanjaya, M. Pd
Stratetegi Pembelajaran (berorientasi Standar Proses Pendidikan)
KONSEP WACANA

I. PENDAHULUAN
Dalam kenyataannya kita memakai bahasa tidak semata-mata sebagai alat untuk komunikasi. Dengan demikian bahasa tidak dipandang sebagai alat untuk komunikasi manusia, yang diperinci dalam bentuk bunyinya, rasanya, ataupun kalimatnya secara terpisah-pisah. Manusia memakai bahasa dalam wujud kalimat yang saling berkaitan. Kalimat yang pertama menuntut timbulnya kalimat yang kedua dan kalimat yang kedua menjadi acuan kalimat ketiga, kalimat ketiga mengacu pada kalimat yang pertama, dan seterusnya.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Wacana
Sebelum membahas lebih jauh tentang wacana, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisinya. Ada beberapa definisi tentang wacana, antara lain :
1) Wacana sering disebut demean discourse, yang berasal dari bahasa latin discursus yng berarti lari kian kemari. Discourse diturunkan dari ‘dis’ yang artinya ‘dari’, dalam arah yang berbeda, dan ‘curere’ yang berarti ‘lari’.
2) Wacana meliputi :
Komunikkasi pikran demean kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, konversasi atau percakapan
Komunikasi secara umum. Terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah
Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah. (Tarigan, 1987: 23).
3) Menurut Brown , melalui wacana kita dapat saling :
 Menyapa, menegur
 Meminta, memohon
 Menyetujuai, menyepakati
 Bertanya, meminta keterangan
 Meyakinkan
 Menyuruh , memrintah
 Mengkritik, mengomentari
 Memaafkan, mengampuni (Tarigan, 1987:24)
4) Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
5) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menhubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang membentuk satu kesatuan. (Depdikbud, 1988:334)
Jadi wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu dengan yang lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
B. Struktur Wacana
Struktur Wacana Meliputi:
 Pengirim
 Pesan
 Penerima
Salah satu struktur dari wacana tersebut adalah pesan. Pesan diwujudkan melalui bahasa, sedangkan bahasa itu belum tentu dapat terpahami oleh penerima pesan. Untuk memahaminya maka dibutuhkan konteks.
C. Batasan Konteks dan Koteks
Konteks adalah teks yang menyertai teks. Pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau dituliskan (koteks), melainkan termasuk kejadian-kejadian yang nirkata (nonlinguistic) lainnya, atau keseluruhan lingkungan teks itu.
Secara singkat konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau non lingual yang mendukung makna suatu wacana.
Menurut Malinowsky, yang disempurnakan oleh Firth, konteks dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. konteks situasi
Konteks situasi meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal action, maupun nonverbal action.
c. Ciri-ciri situasi lain yang relevan, benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar sepanjang hal itu bersangkut paut tertentu demean hal yang sedang berlangsung
d. Dampak-dampak tindakan tutur, bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi
2. Konteks budaya
Konteks budaya meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal maupun nonverbal
c. Ciri-ciri budaya yang ada pada daerah terjadinya komunkasi
d. Dampak-dampak tindakan tutur yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam kebudayaan tertentu
Komponen konteks meliputi:
a. Pembicara
b. Pendengar
c. Tempat/budaya
d. Waktu
e. Situasi
Peranan Konteks:
a. Mendukung dan memperjelas makna yang tidak dapat dijangkau atau diterangkan secara semantic
b. Menyatukan persepsi antara pembicara demean mitra bicara


KOTEKS
Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Contoh:
1) Terlihat seorang perempuan dan seorang laki-laki di rumah depan
2) Perempuan itu membaca buku dan tampak gembira, sedangkan laki-laki itu kelihatan resah dan berdiri di dekat jendela.
Kiranya tidak perlu diragukan lagi bahwa perempuan itu pada kalimat kedua mengacu pada perempuan yang sedang membaca buku di ruang depan. Adapun laki-laki yang terdapat dalam kalimat satu, mengacu pada seorang laki-laki yang kelihatan resah dan berdiri dekat jendela yang terdapat dalam kalimat nomor dua.

III. PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan, yaitu:
1. Wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu demean yang lain lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
2. Konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau nonlingul yang mendukung makna suatu wacana.
3. Koteks adalah semua unsur kebahasaan (linguistik) yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
M.A.K., Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan semiotic Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung:
Angkasa.
Pertempuran Mimpi

Waktu benar-benar berjalan bahkan berlari. Mendampingiku, mendorongku, bahkan melecutku supaya semakin cepat berlari. Tapi kadang juga meninggalkaku terlalu jauh di belakang karena aku terlalu sibuk dengan mimpi-mimpi tanpa realisasi. Aku terperangkap dalam penjara tanya yang kadang bisa lengkap kujawab sendiri, tapi kadang menyisakan kabut yang tak pernah jelas terbaca hati.
Aku... tertengah engah mengatur hari
Menyiapkan senjata entah mau perang dengan siapa
Mengasah belati tak kunjung tajam tak kunjung puas hati
Pertempuran yang selalu menggayut asa
Kapan semua kan menjadi nyata

07 Juni 2008

PERGULATAN HATI LANGITA

Ya ampun…. Ga bisa bayangin gimana rambut indahku jika harus memakai jilbab. Pasti berkeringat, lepek, bau … ah pokoknya yang jelek jelek deh. Apalagi selama in yang paling aku banggakan dari penampilanku adalah ram,but indahku ini. Dia bak mahkota raja yang berharga yang membuat aku tampil percaya diri karena banyak yang iri akan keindahannya. Pokoknya skala satu sampai sepuluh, rambutku pasti akan menduduki posisi sembilan. Bukan sombong lho, emang begitu kenyataannya. Pokoknya patut dibanggakan, cocok deh buat iklan shampoo, produsernya aja yang belum ngeliat rambutku. Trus, tiba-tiba aku harus tutupi sesuatu yang indah ciptaan Allah ini? Bukankah Allah cinta akan keindahan? Dan kenapa pula harus ditutup ? Engga dech………..”

Sudah tiga bulan ini Langita mengikuti Kajian Rohaniah Islam yang diadakan oleh kampusnya. Setiap Minggu pagi dia rutin mengikuti kegiatan tersebut. Padahal dalam hati dia sedikit menyesalkan kenapa juga harus diadakan hari Minggu. Padahal hari Minggu kan saatnya untuk hanging out. Tapi toh tetap saja ia mengikuti kegiatan itu karena memang ia mau sedikit memperdalam pengetahuannya mengenai agama. Dan setelah beberapa lama ia mengikuti kegiatan tersebut, ada satu hal yang sangat mengganggu hatinya. Bahwa seorang wanita harus menutup auratnya. Dan bahwa ternyata yang selama ini dianggapnya aurat adalah cuma sebatas leher ke bawah dan lutut ke atas. Ternyata sa;lah besar Selama ini dia memandang wanita berjilbab hanya sekedar mengikuti fashion saja. Jadi hanya bersifat pilihan, boleh ya, boleh tidak. Gambaran fiqih mengenai hal itu sudah dijabarkan dengan sangat jelas oleh kak Rayhan, Mentornya di Kajian tersebut.

“God, what should I do? Soalnya aku ga bisa ngebayangin gimana jadulnya aku kalau harus jogging mengelilingi komplek perumahan dengan memakai stelan kaos training panjang, pake jilbab pula? Trus mau akau kemanain koleksi hot pants selututku yang bertumpuk di lemari? Lebih parah lagi suitan yang selalu aku peroleh ketika melewati komunitas kaum adam yang lagi pada nongkrong, apa ga akan berubah menjadi “Assalamu’alaikum Bu Hajiiii…” Pasti tengsin berat aku. Engga deh……

Bulan keempat minggu ketiga, Langita sudah mulai jengah dengan pandangan Rayhan ketika sedang memberikan materi kajian. Selama ini Rayhan tahu betul bahwa Langita hanya memakai jilbab ketika mengikuti kajian saja. Selebihnya berkali-kali Langita harus lari menghindar dari kakak seniornya di kampus itu. gara-gara dia hanya memakai celana jeans selutut dan kaos pas badan. Dan Langita merasa sangat salah tingkah walaupun Rayhan hanya memandang sekilas sekilas saja ke arahnya ketika sedang menguraikan hukum dan hadits mengenai wanita.

“Idih, kenapa aku merasa pandangan matanya begitu menusuk hatiku. Seolah olah mata itu menuding dan mencibir, “Hai Langita, Kok pake jilbanya kalau sedang ikut kajian aja? Apa Allah hanya berada di tempat kajian ini?” Begitu kira-kira aku menerjemahkan tatapan matanya kak Rayhan. Very handsome sih kakak yang satu ini. Eh, tapi kenapa pula aku harus mikirin dia. Who is he anyway? Siapa sih dia hingga aku selalu merasa bersalah jika memakai baju yang lagi trend? Saudara bukan, pacar juga bukan. Ih.. bodoh banget sih aku ini, ngapain juga aku harus merapatkan kerudung yang aku pake ketika yang memberi materi kajian adalah kak Rayhan

Langita menggelengkan kepalanya seperti ingin mengibaskan dan mengusir rasa sungkannya pada Rayhan, ustadz muda yang selalu sabar membimbing peserta kajian yang rata-rata memang sudah berjilbab setiap harinya. Tidak ada ajakan atau propaganda kampanye yang persuasive yang vulgar untuk memenuhi syariat Islam tersebut. Dari mulutnya hanya keluar senyuman, cerita perbandingan dan bahasa bahasa tersirat yang lembut tanpa menghakimi. Rupanya itu yang disukai Langita dari Rayhan. Cara dakwahnya yang halus dan tidak terkesan menggurui. Seandainya seluruh ustadz begitu, pasti orang tak lagi enggan mengikuti barbagai macam kajian Islam.

“Hari ini aku pasti ketemu kak Rayhan di rapat rutin dan apa jadinya kalau dia ngeliat aku pakai baju begini, terlalu pas dan ketat sehingga they can look my body shape. Dan itu… Ga Boleh. Ganti baju ahhhh. But Wait….Masa iya aku pake jilbab hanya karena malu pada seseorang, manusia lagi. Wah, ga bener nih… bukankah itu namanya riya’. Iya .. apalagi namanya kalau kita berniat menjalankan syariat Islam hanya karena malu sama seorang makhlukNya juga? Ih… kata kak Rayhan juga riya’ itu hukumnya… sereeem . Astagfirullahal ‘adzim .. Engga dech

Akhirnya Langita berangkat ke rapat hari itu tetap dengan kostumnya yang biasa , tetapi dia memilih celana panjang dan kaos lengan panjang, Cuma belum pakai jilbab Baginya itu sudah sangat sopan karena kostum itu jarang menjadi pilihannya ketika berdiri di depan lemari pakaian. Tapi akhirnya pakaian itu tak urung juga membuat ia merasa telanjang di tengah tengah para perserta rapat yang semuanya memakai jilbab kecuali para kaum adamnya (Ya iyalah, masak cowok pake jilbab). Terpaksa ia memilih tempat duduk paling belakang yang paling terlindung dari pandangan para pimpinan rapat di depan and especially dia bisa terhindar dari tatapan mata cool Rayhan yang hanya sekilas saja tapi cukup membuat dadanya berdesir kencang dan…

“Bukan kak Rayhan yang membuatku ingin memakai jilbab . Bukan,…. sama sekali bukan. Ok aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa bukan karena seseorang. Aku ga akan menodai niat suciku dengan urusan seperti itu. Aku harus memakai jilbab untuk hatiku terlebih dahulu. Ya, hatiku harus lebih dahulu berjilbab, hatiku harus jauhdulu dari penyakit iri, dengki, prasangka buruk dan yang naudzubillah lainnya. Buat apa pake jilbab kalu kelakuan minus. Ga lucu kan? Baru setelah hatiku OK , aku akan memakai jilbab dengan perasaan tenang dan penuh percaya diri. So? Not now …….

Bulan kelima Langita masih setia mengikuti kajian muslim itu. Dia tidak lagi memperdulikan tatapan mata Rayhan, dia tidak lagi memikirkan apakah siulan yang biasa di dapatnya dari kaum Adam akan berubah menjadi assalamualaikum Bu haji. permisi aku permisiii …..Langita memulai urusan proses pembenahan diri yang dia sebut sebagai memakai jilbab untuk hatinya. Ia ga mau hatinya penuh dengan prasangka ke orang lain, penuh pertimbangan pada komentar orang lain. Gimana kalau orang lain berpikiran gini, gimana kalau orang lain berpikiran gitu. Dalam hati terpatri “OK ,Someday I will wear that holy jilbab “

Hari –hari selanjutnya yang dilalui langita berjalan seperti biasa. Hanya pilihan busananya sudah berubah. Tank top tak lagi menjadi favoritnya. Topi juga tak pernah alpa menghiasi rambutnya yang indah. Jeans ketat? Good bye my love deh pokoknya, itu semua dilakukannya murni dari hati. Jilbab yang sudah menumpuk di lemarinya saksinya. Ia tidak ingin salah melangkah bahwa ia memakai busana itu bukan karena siapa- siapa. Bukan juga karena kak Rayhan yang pernah membuat hatinya tertawan.

“ Demi Engkau Ya Allah, hanya demi Engkau, ayat demi ayat yang aku kaji bagaikan embun yang membasahi padang gersang hatiku memberikan kesejukan di perjalanan hatiku yang lelah. Memberikan keyakinan yang mutlak dan tak terbantahkan. Bahwa semua dariMu dan akan kembali padaMu

Air mata sering mengalir deras dari sudut matanya dalam setiap sujud tahajudnya ia selalu meminta kepada Allah untuk diberikan kekuatan menghadapi dunia yang semakin tak karuan. Ia memohon kekuatan supaya menjalankan ibadahnya tanpa keengganan.

Bulan ke tujuh langita mengikuti kajian seperti biasa. Suasana di tempat kajian terlihat tidak kelihatan seperti biasanya, semua kelihatan muram. Bahkan terdengar isakan lirih dari kerumunan para cewek. Beberapa koodinator kajian terlihat agak sibuk dan serius membicarakan sesuatu. Langita datang masih dengan wajah bertanya-tanya. Mulutnya sudah hampir terbuka untuk mengucapkan salam tapi keburu suara loudspeaker melengking tinggi tanda belum stabil. Beberapa saat masih terdengar ga enak di telinga, tapi setelah hening sejenak terdengar sebuah salam yang lirih dan seolah tercekat di tenggorokan. Ternyata pemilik suara itu adalah kak Fadli, salah satu koordinator Kajian. Belum selesai Langita terheran-heran mendengar salam yang terdengar serak dan ragu itu, tiba-tiba si pemilik suara melanjutkan dengan..

Innalillahi Wa Inna lilllahi Rojiun

Kullu nafsin dza iqotul maut.

Telah berpulang dengan tenang saudara kita tercinta

Rayhan Numa………………

Tak sanggup rasanya L:angita menahan berat tubuhnya yang limbung mendengar pengumuman singkat itu. Bahkan mulutnya tak sanggup mengucap…

Lidahnya kelu…

“Ya Allah, Kak Rayhan meninggal? Tidak terlalu singkatkah Engkau memberinya waktu untuk menikmati indahnya dunia ini Ya Rabb? Dia masih begitu muda, begitu alim, cerdas dan Insya Allah bermasa depan cerah. Wajah cool yang selama ini aku tuduh sebagai pengganggu hatiku, pengganggu konsentrasi ibadahku sekaligus aroma yang membuat wangi hari-hariku…”

Rombongan kajian langsung menuju rumah duka untuk ta’ziah dan melepas kepergian Rayhan. Prosesi pemakaman mereka lalui dalam diam. Tak henti airmata mengalir deras dari sudut mata Langita. Menatap tanah merah yang sedikit demi sedikit menutup makan kak Rayhan. Semakin sesak Langita menahan tangisnya supaya jangan bersuara…

“ Bukan Kak Rayhan Ya Allah yang aku tangisi. Aku menangisi diriku sendiri. Bagaimana aku akan menjawab semua pertanyaan para malaikat seandainya aku yang menjadi jenazah itu. Sedangkan aku masih telanjang. Ya, aku masih telanjang. Bagaimana kalau nanti sore, esok atau lusa aku yang terbujur kaku, memakai kain kafan putih, dengan kapas yang menutup mata dan telingaku? Ya Rabb, aku belum siap Kau jemput, karena…………. aku masih menunda-nunda untuk menjalankan perintahMu. Aku telah menggunakan berbagai dalih dan alasan untuk menunda memakai jilbab. Aku terlalu sombong, angkuh dan takabur, terlalu yakin bahwa Allah akan memberi kesempatan yang panjang untuk menghirup udara segar di muka bumi ini. Aku manusia bodoh yang pura-pura ingin memakaikan jilbab di hati terlebih dahulu sebelum menutup kepala ini dengan jilbab. Padahal itu semua hanya mencari pembenaran atas kesalahan dan mengingkari Al Quran.

Aku terlalu naïf dan telah melakukan tawar menawar tolol dengan Allah, Astagfirullahal azim….. Ampuni hambamu ini ya Rabb……

Tiba-tiba Langita berlari dan berlari. Ia meninggalkan pemakaman itu tanpa peduli lagi pada siapapun. Ia ingin secepatnya melakukan sesuatu yang selama ini selalu ia tunda untuk menjalankannya. Ia ingin secepatnya pulang dan menutup semua auratnya yang selama ini ia pertontonkan pada semua orang. Sesampainya di rumah ia menghambur ke kamar dan membuka lemari pakaiannya. Ia meraih tumpukan jilbab yang selama ini sudah ia koleksi. Ia merangkumnya dalam dekapan sambil berurai airmata. Kemudian masih sambil menangis ia terduduk lemas….

“Terimakasih Kak Rayhan, maafkan aku jika hidayah itu datang padaku lewat kepergianmu. Selamat jalan kak Rayhan, Semoga Allah menerima semua amal dan ibadahmu di sisiNya. Amin.

05 Juni 2008

DIKLAT GURU INTERNASIONAL 2008

“PENINGKATAN MANAJEMEN PROFESIONALISME GURU

UNTUK KEMAJUAN BANGSA INDONESIA”

INDONESIA- MALAYSIA

Pemerintah Kabupaten Bogor, sepatutnya bangga terhadap semangat belajar guru guru dari kecamatan Parungpanjang dan Tenjo. Pasalnya pada tanggal 4 Juni 2008 Subuh, dini hari mereka berangkat menuju Bandung untuk turut serta dalam Diklat guru Internasional yang diadakan oleh STKIP pasundan Bandung. Rombongan yang dengan semangat empat limat tersebut berjumlah kurang lebih 50 orang guru yang berasal dari SD dan SMP di Kecamatan Parungpanjang dan Tenjo, yang 15 diantaranya adalah guru SD yang sedang melanjutkan S1nya di UPI bandung jurusan Pendidikan matematika.

Lebih bangga lagi, setiap komentar dan pertanyaan setiap akhir session didominasi oleh pasukan dari Bogor yang semuanya tak mau dituduh mengikuti kegiatan tersebut hanya karena ingin sertifikatnya saja. Terbukti mereka berhasil membawa pulang beberapa buku yang hanya diberikan kepada penanya dan pemberi komentar terbaik saja. Rupanya semangat kebangkitan nasional juga muncul di sebuah kecamatan kecil berdebu yang ada di ujung Bogor, yaitu kecamatan parungpanjang. Terbukti peserta Diklat yang kebanyakan ibu-ibu tersebut bersedia jauh jauh pergi ke Bandung, meninggalkan keluarga untuk menginap yang tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit.

Diklat yang diadakan di gedung BP-PNFI Depdiknas RI yang ada di Lembang, Bandung tersebut diikuti oleh enamratus peserta yang berasal dari seluruh Indonesia. Acaranya sendiri dibuka oleh Ketua STKIP pasundan, Prof. Dr. Edi Komarudin. Yaang dalam kesempatan tersebut beliau menyatakan bahwa panitia penyelenggara diklat tersebut seratus persen adalah mahasiswa. Yang menurut beliau itu menandakan bahwa generasi muda kita cukup handal untuk mengadakan acara tingkat internasional tersebut.

Pemateri yang pertama adalah Bapak Mendiknas RI, yaitu Prof Dr. Bambang Sudibyo. Tentu saja para peserta memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan aspirasi guru yang selama ini terpendam tanpa penyaluran. Kebanyakan mempertanyakan masalah sertifikasi, UN, dan kebijakan publik yang lain terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Materi utama yang disampaikan oleh Mendiknas adalah mengenai Quality Insurance Guidence mengenai sekolah bertaraf internasional.

Materi yang diberikan pada Diklat yang diadakan selama dua hari (tanggal 4 sampai dengan 5 Juni 2008) tersebut adalah mengenai 1) Pelatihan dan Pengembangan Manajemen Diri Tenaga Pendidik, 2) Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Tenaga Pendidik, 3) Praktik Uji Jurnaslistik dan Pelatihan Karya Ilmiah, 4) Pelatihan Mengelola Keuangan sederhana, 5) Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah, 6) Pelatihan Pengisian Portofolio guru untuk sertifikasi, 7) Pelatihan Eunterpreuner dan Leadership 8) Pelatihan keuangan dan akuntansi dasar untuk guru, 8) Mengenal sistem Pendidikan Malaysia , 9) Studi Banding Pendidikan Indonesia-Malaysia.

Pembicara lain yang berkesempatan untuk memberi materi dalam diklat tersebut adalah Dr Jamil Ahmad (Universitas Kebangsaan Malaysia), Noorlia Goolamally (Open University Malaysia), H. Syafik Umar (Direktur Utama Pikiran Rakyat), Drs. H. Edi Komarudin, M.M., ketua STKIP pasundan, Dr.H. Endang Komara, Drs., M. Si. Dan beberapa praktisi pendidikan lainnya. Kualitas dan inesitas mereka dalam memberikan materi kepada semua peserta membuat para peserta pulang tidak dalam tangan kosong dan membawa sertifikat saja, tetapi juga membawa wawasan baru dalam dunia pendidikan sehingga bisa menjadi bekal bagi para guru terebut untuk menjadi seorang pendidik yang berkompetensi tinggi tenaga Pendidik,

Diklat guru seharusnya lebih sering diadakan di kabupaten Bogor, sehingga para gurunya juga mempunyai wawasan pendidikan yang luas dan mempunyai kompetensi setara dengan yang dituntut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada BAB IV, Pasal 10 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, serta dalam Pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

KOMPETENSI GURU

YANG DITUNTUT OLEH UUGD

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada BAB IV, Pasal 8 dinyaakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Selanjutnya dalam Pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Keempat kompetensi yang disyaratkan oleh UUGD bagi guru tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam RUU tentang guru dan dosen sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secar efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan.

Berkaitan dengan kompetensi minimal guru sebagai agen pembelajaran, Haris Suprapto dalam Trianto dan Titik (2007:72) menjabarkan kompetensi, sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik meliputi sub kompetensi pedagogik dan pengalaman belajar, sub kompetensinya yaitu:

a) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual. Indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual berdasrkan penelusuran berbagai sumber

(2). Berlatih mengumpulkan dan menganalisis data tentang karakteristik peserta didik melelui teknik yang relevan

(3). Berlatih menerapkan cara-cara memahami perilaku peserta didik sesuai dengan perkembangan peserta didik

(4). Berlatih merancang stimulasi berpikir sesuai dengan taraf perkembangan kognitif peserta didik

(5). Mengidentifikasi perilaku anka yang memiliki kelainan fisik, gangguan sosioemosional dan intelektual berdasakan data yang dikumpulkan

(6). Mengkaji karakteristik perilaku anak didik yang berbakat

(7). Mengkaji berbagai faktor penyebab masalah psikologis peserta didik dengan berbagai teknik yang relevan

(8). Berlatih memberikan bantuan/bimbingan kepada peserta didik yang mengalami masalah psikologis

(9). Berlatih mengembangkan kegiatan pengayaan bagi peserta didik berbakat

(10). Berlatih merancang kegiatan pengayaan untuk anak didik dengan keburuhan khusus

b) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya. Indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji latar belakang keluarga dan masyarakat serta kebutuhan belajar anak didik dalam konteks kebhinekaan budaya

(2). Berlatih menganalisis situasi dan kondisi keluarga dalam kaitannya dengan proses pembelajaran

(3). Berlatih melakukan survei lingkungan keluarga dan masyarakat

c) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Indikatornya adalah:

(1). Mengkaji berbagai gaya belajar peserta didik

(2). Berlatih mengidentifikasi gaya belajar peserta didik

(3). Berlatih mengidentifikasi gejala-gejala kesulitan belajar peserta didik

(4). Berlatih mendiagnosis kesulitan belajar perilaku anak yang mengalami kesulitan belajar

(5). Berlatih menentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan diagnosis

(6). Berlatih mengembangkan pebelajaran remedial dan pengayaan

(7). Berlatih melaksanakan bimbingan

(8). Mengembangkan strategi belajar peserta didik

d) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji dan mengidentifikasi potensi pesera didik

(2). Berlatih merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program pemberdayaan potensi pesera didik

(3). Mengoptimalkan pemberdayaan sumber belajar untuk pengembangan potensi peserta didik

e) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji landasan filosofis pembelajaran

(2). Mengkaji teori dan prinsip belajar serta pembelajaran

(3). Mengkaji prinsip-prinsip perencanaan kurikulum dan pembelajaran

(4). Mengkaji berbagai model pembelajaran inovatif

(5). Mengkaji dan berlatih menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran

f) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih menganalisis kurikulum

(2). Berlatih mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan peserta didik secara kontekstual

(3). Berlatih mengembangkan berbagai media pembelajaran kontekstual

g) Merancang pembelajaran yang mendidik, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji teori, prinsip, dan model rancangan pembelajaran

(2). Berlatih menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi berbagai model rancangan pembelajaran

h) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik, indikatornya adalah sebagai berikut:

(1). Berlatih menerapkan keerampilan dasar mengajar

(2). Berlatih menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

(3). Berlatih melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

(4). Berlatih melakukan penyesuaian transaksional dalam pembelajaran

(5). Berlatih menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(6). Berlatih memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran

(7). Berlatih memberikan bantuan belajar secara individual sesuai kebutuhan peserta didik

(8). Berlatih mengelola kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada pada peserta didik

i) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji teori, jenis dan prosedur evaluasi dan proses pembelajaran

(2). Berlatih mengembangkan berbagai berbagai instrumen evaluasi proses dan hasil pembelajaran

(3). Berlatih membiasakan diri melakukan refleksi mengenai proses dan hasil pembelajaran

(4). Berlatih menindaklanjuti hasil evaluasi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

2) Kompetensi Kepribadian, meliputi subkompetensi pedagogik dan pengalaman belajar yaitu:

a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik dan saran

(2). Berlatih membiasakan diri mentaati peraturan

(3). Berlatih membiasakan diri bersikap dan bertindak secara konsisten

(4). Berlatih mengenadalikan diri

(5). Berlatih membiasakan diri menempatkan persoalan secara proporsional

(6). Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab

b) Menampilkan diri sebagai pribadi berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih membiasakan diri berperilaku santun

(2). Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan

(3). Berlatih membiasakan diri berperilaku yang baik sehingga diteladani oleh peserta didik dan masyarakat

c) Mengevaluasi kinerja, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih mengevaluasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri

(2). Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri

(3). Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik

d) Mengembangkan diri secara berkelanjutan, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian

(2). Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi guru

(3). Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru

3) Kompetensi sosial dengan subkompetensi sosial dan pengalaman belajar, yaitu:

a) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji hakekat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik

(2). Berlatih berkomunikasi yang efektif dan empatik

(3). Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik

b) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, indikatornya:

(1). Berlatih merancang berbagai program untuk mengembangkan pendidikan di sekitar sekolah dan lingkungan sekitar

(2). Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai program di sekolah dan lingkungan sekitarnya

c) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global, indikatornya:

(1). Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional, dan global

(2). Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasional

(3). Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasional

d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji berbagai perangkat ICT

(2). Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi

(3). Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan profesional

4) Kompetensi profesional dengan subkompetensi profesional dan pengalaman mengajar, yaitu:

a) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji substansi bidang studi

(2). Mengkaji metodologi keilmuan bidang studi

b) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, indikatornya:

(1). Mengkaji struktur kurikulum bidang studi

(2). Mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum

(3). Berlatih mengembangkan bahan ajar bidang studi

c) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, indikatornya:

(1). Mengkaji berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

(2). Memilih berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran secara kontekstual

(3). Berlatih menggunakan dan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

d) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, indikatornya:

(1). Berlatih memilih substansi, cakupan, dan tata urut materi pembelajaran secara kontekstual

(2). Berlatih mengidentifikasi substansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik

e) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, indikatornya:

(1). Mengkaji memahami penelitian tindakan kelas

(2). Berlatih mengidentifikasi permasalahan pembelajaran

(3). Berlatih menyusun rancangan PTK

(4). Berlatih melaksanakan PTK

(5). Berlatih merancang upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Sumber:

Trianto & Titik Triwulan Tutik. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka.