07 Juni 2008

PERGULATAN HATI LANGITA

Ya ampun…. Ga bisa bayangin gimana rambut indahku jika harus memakai jilbab. Pasti berkeringat, lepek, bau … ah pokoknya yang jelek jelek deh. Apalagi selama in yang paling aku banggakan dari penampilanku adalah ram,but indahku ini. Dia bak mahkota raja yang berharga yang membuat aku tampil percaya diri karena banyak yang iri akan keindahannya. Pokoknya skala satu sampai sepuluh, rambutku pasti akan menduduki posisi sembilan. Bukan sombong lho, emang begitu kenyataannya. Pokoknya patut dibanggakan, cocok deh buat iklan shampoo, produsernya aja yang belum ngeliat rambutku. Trus, tiba-tiba aku harus tutupi sesuatu yang indah ciptaan Allah ini? Bukankah Allah cinta akan keindahan? Dan kenapa pula harus ditutup ? Engga dech………..”

Sudah tiga bulan ini Langita mengikuti Kajian Rohaniah Islam yang diadakan oleh kampusnya. Setiap Minggu pagi dia rutin mengikuti kegiatan tersebut. Padahal dalam hati dia sedikit menyesalkan kenapa juga harus diadakan hari Minggu. Padahal hari Minggu kan saatnya untuk hanging out. Tapi toh tetap saja ia mengikuti kegiatan itu karena memang ia mau sedikit memperdalam pengetahuannya mengenai agama. Dan setelah beberapa lama ia mengikuti kegiatan tersebut, ada satu hal yang sangat mengganggu hatinya. Bahwa seorang wanita harus menutup auratnya. Dan bahwa ternyata yang selama ini dianggapnya aurat adalah cuma sebatas leher ke bawah dan lutut ke atas. Ternyata sa;lah besar Selama ini dia memandang wanita berjilbab hanya sekedar mengikuti fashion saja. Jadi hanya bersifat pilihan, boleh ya, boleh tidak. Gambaran fiqih mengenai hal itu sudah dijabarkan dengan sangat jelas oleh kak Rayhan, Mentornya di Kajian tersebut.

“God, what should I do? Soalnya aku ga bisa ngebayangin gimana jadulnya aku kalau harus jogging mengelilingi komplek perumahan dengan memakai stelan kaos training panjang, pake jilbab pula? Trus mau akau kemanain koleksi hot pants selututku yang bertumpuk di lemari? Lebih parah lagi suitan yang selalu aku peroleh ketika melewati komunitas kaum adam yang lagi pada nongkrong, apa ga akan berubah menjadi “Assalamu’alaikum Bu Hajiiii…” Pasti tengsin berat aku. Engga deh……

Bulan keempat minggu ketiga, Langita sudah mulai jengah dengan pandangan Rayhan ketika sedang memberikan materi kajian. Selama ini Rayhan tahu betul bahwa Langita hanya memakai jilbab ketika mengikuti kajian saja. Selebihnya berkali-kali Langita harus lari menghindar dari kakak seniornya di kampus itu. gara-gara dia hanya memakai celana jeans selutut dan kaos pas badan. Dan Langita merasa sangat salah tingkah walaupun Rayhan hanya memandang sekilas sekilas saja ke arahnya ketika sedang menguraikan hukum dan hadits mengenai wanita.

“Idih, kenapa aku merasa pandangan matanya begitu menusuk hatiku. Seolah olah mata itu menuding dan mencibir, “Hai Langita, Kok pake jilbanya kalau sedang ikut kajian aja? Apa Allah hanya berada di tempat kajian ini?” Begitu kira-kira aku menerjemahkan tatapan matanya kak Rayhan. Very handsome sih kakak yang satu ini. Eh, tapi kenapa pula aku harus mikirin dia. Who is he anyway? Siapa sih dia hingga aku selalu merasa bersalah jika memakai baju yang lagi trend? Saudara bukan, pacar juga bukan. Ih.. bodoh banget sih aku ini, ngapain juga aku harus merapatkan kerudung yang aku pake ketika yang memberi materi kajian adalah kak Rayhan

Langita menggelengkan kepalanya seperti ingin mengibaskan dan mengusir rasa sungkannya pada Rayhan, ustadz muda yang selalu sabar membimbing peserta kajian yang rata-rata memang sudah berjilbab setiap harinya. Tidak ada ajakan atau propaganda kampanye yang persuasive yang vulgar untuk memenuhi syariat Islam tersebut. Dari mulutnya hanya keluar senyuman, cerita perbandingan dan bahasa bahasa tersirat yang lembut tanpa menghakimi. Rupanya itu yang disukai Langita dari Rayhan. Cara dakwahnya yang halus dan tidak terkesan menggurui. Seandainya seluruh ustadz begitu, pasti orang tak lagi enggan mengikuti barbagai macam kajian Islam.

“Hari ini aku pasti ketemu kak Rayhan di rapat rutin dan apa jadinya kalau dia ngeliat aku pakai baju begini, terlalu pas dan ketat sehingga they can look my body shape. Dan itu… Ga Boleh. Ganti baju ahhhh. But Wait….Masa iya aku pake jilbab hanya karena malu pada seseorang, manusia lagi. Wah, ga bener nih… bukankah itu namanya riya’. Iya .. apalagi namanya kalau kita berniat menjalankan syariat Islam hanya karena malu sama seorang makhlukNya juga? Ih… kata kak Rayhan juga riya’ itu hukumnya… sereeem . Astagfirullahal ‘adzim .. Engga dech

Akhirnya Langita berangkat ke rapat hari itu tetap dengan kostumnya yang biasa , tetapi dia memilih celana panjang dan kaos lengan panjang, Cuma belum pakai jilbab Baginya itu sudah sangat sopan karena kostum itu jarang menjadi pilihannya ketika berdiri di depan lemari pakaian. Tapi akhirnya pakaian itu tak urung juga membuat ia merasa telanjang di tengah tengah para perserta rapat yang semuanya memakai jilbab kecuali para kaum adamnya (Ya iyalah, masak cowok pake jilbab). Terpaksa ia memilih tempat duduk paling belakang yang paling terlindung dari pandangan para pimpinan rapat di depan and especially dia bisa terhindar dari tatapan mata cool Rayhan yang hanya sekilas saja tapi cukup membuat dadanya berdesir kencang dan…

“Bukan kak Rayhan yang membuatku ingin memakai jilbab . Bukan,…. sama sekali bukan. Ok aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa bukan karena seseorang. Aku ga akan menodai niat suciku dengan urusan seperti itu. Aku harus memakai jilbab untuk hatiku terlebih dahulu. Ya, hatiku harus lebih dahulu berjilbab, hatiku harus jauhdulu dari penyakit iri, dengki, prasangka buruk dan yang naudzubillah lainnya. Buat apa pake jilbab kalu kelakuan minus. Ga lucu kan? Baru setelah hatiku OK , aku akan memakai jilbab dengan perasaan tenang dan penuh percaya diri. So? Not now …….

Bulan kelima Langita masih setia mengikuti kajian muslim itu. Dia tidak lagi memperdulikan tatapan mata Rayhan, dia tidak lagi memikirkan apakah siulan yang biasa di dapatnya dari kaum Adam akan berubah menjadi assalamualaikum Bu haji. permisi aku permisiii …..Langita memulai urusan proses pembenahan diri yang dia sebut sebagai memakai jilbab untuk hatinya. Ia ga mau hatinya penuh dengan prasangka ke orang lain, penuh pertimbangan pada komentar orang lain. Gimana kalau orang lain berpikiran gini, gimana kalau orang lain berpikiran gitu. Dalam hati terpatri “OK ,Someday I will wear that holy jilbab “

Hari –hari selanjutnya yang dilalui langita berjalan seperti biasa. Hanya pilihan busananya sudah berubah. Tank top tak lagi menjadi favoritnya. Topi juga tak pernah alpa menghiasi rambutnya yang indah. Jeans ketat? Good bye my love deh pokoknya, itu semua dilakukannya murni dari hati. Jilbab yang sudah menumpuk di lemarinya saksinya. Ia tidak ingin salah melangkah bahwa ia memakai busana itu bukan karena siapa- siapa. Bukan juga karena kak Rayhan yang pernah membuat hatinya tertawan.

“ Demi Engkau Ya Allah, hanya demi Engkau, ayat demi ayat yang aku kaji bagaikan embun yang membasahi padang gersang hatiku memberikan kesejukan di perjalanan hatiku yang lelah. Memberikan keyakinan yang mutlak dan tak terbantahkan. Bahwa semua dariMu dan akan kembali padaMu

Air mata sering mengalir deras dari sudut matanya dalam setiap sujud tahajudnya ia selalu meminta kepada Allah untuk diberikan kekuatan menghadapi dunia yang semakin tak karuan. Ia memohon kekuatan supaya menjalankan ibadahnya tanpa keengganan.

Bulan ke tujuh langita mengikuti kajian seperti biasa. Suasana di tempat kajian terlihat tidak kelihatan seperti biasanya, semua kelihatan muram. Bahkan terdengar isakan lirih dari kerumunan para cewek. Beberapa koodinator kajian terlihat agak sibuk dan serius membicarakan sesuatu. Langita datang masih dengan wajah bertanya-tanya. Mulutnya sudah hampir terbuka untuk mengucapkan salam tapi keburu suara loudspeaker melengking tinggi tanda belum stabil. Beberapa saat masih terdengar ga enak di telinga, tapi setelah hening sejenak terdengar sebuah salam yang lirih dan seolah tercekat di tenggorokan. Ternyata pemilik suara itu adalah kak Fadli, salah satu koordinator Kajian. Belum selesai Langita terheran-heran mendengar salam yang terdengar serak dan ragu itu, tiba-tiba si pemilik suara melanjutkan dengan..

Innalillahi Wa Inna lilllahi Rojiun

Kullu nafsin dza iqotul maut.

Telah berpulang dengan tenang saudara kita tercinta

Rayhan Numa………………

Tak sanggup rasanya L:angita menahan berat tubuhnya yang limbung mendengar pengumuman singkat itu. Bahkan mulutnya tak sanggup mengucap…

Lidahnya kelu…

“Ya Allah, Kak Rayhan meninggal? Tidak terlalu singkatkah Engkau memberinya waktu untuk menikmati indahnya dunia ini Ya Rabb? Dia masih begitu muda, begitu alim, cerdas dan Insya Allah bermasa depan cerah. Wajah cool yang selama ini aku tuduh sebagai pengganggu hatiku, pengganggu konsentrasi ibadahku sekaligus aroma yang membuat wangi hari-hariku…”

Rombongan kajian langsung menuju rumah duka untuk ta’ziah dan melepas kepergian Rayhan. Prosesi pemakaman mereka lalui dalam diam. Tak henti airmata mengalir deras dari sudut mata Langita. Menatap tanah merah yang sedikit demi sedikit menutup makan kak Rayhan. Semakin sesak Langita menahan tangisnya supaya jangan bersuara…

“ Bukan Kak Rayhan Ya Allah yang aku tangisi. Aku menangisi diriku sendiri. Bagaimana aku akan menjawab semua pertanyaan para malaikat seandainya aku yang menjadi jenazah itu. Sedangkan aku masih telanjang. Ya, aku masih telanjang. Bagaimana kalau nanti sore, esok atau lusa aku yang terbujur kaku, memakai kain kafan putih, dengan kapas yang menutup mata dan telingaku? Ya Rabb, aku belum siap Kau jemput, karena…………. aku masih menunda-nunda untuk menjalankan perintahMu. Aku telah menggunakan berbagai dalih dan alasan untuk menunda memakai jilbab. Aku terlalu sombong, angkuh dan takabur, terlalu yakin bahwa Allah akan memberi kesempatan yang panjang untuk menghirup udara segar di muka bumi ini. Aku manusia bodoh yang pura-pura ingin memakaikan jilbab di hati terlebih dahulu sebelum menutup kepala ini dengan jilbab. Padahal itu semua hanya mencari pembenaran atas kesalahan dan mengingkari Al Quran.

Aku terlalu naïf dan telah melakukan tawar menawar tolol dengan Allah, Astagfirullahal azim….. Ampuni hambamu ini ya Rabb……

Tiba-tiba Langita berlari dan berlari. Ia meninggalkan pemakaman itu tanpa peduli lagi pada siapapun. Ia ingin secepatnya melakukan sesuatu yang selama ini selalu ia tunda untuk menjalankannya. Ia ingin secepatnya pulang dan menutup semua auratnya yang selama ini ia pertontonkan pada semua orang. Sesampainya di rumah ia menghambur ke kamar dan membuka lemari pakaiannya. Ia meraih tumpukan jilbab yang selama ini sudah ia koleksi. Ia merangkumnya dalam dekapan sambil berurai airmata. Kemudian masih sambil menangis ia terduduk lemas….

“Terimakasih Kak Rayhan, maafkan aku jika hidayah itu datang padaku lewat kepergianmu. Selamat jalan kak Rayhan, Semoga Allah menerima semua amal dan ibadahmu di sisiNya. Amin.

05 Juni 2008

DIKLAT GURU INTERNASIONAL 2008

“PENINGKATAN MANAJEMEN PROFESIONALISME GURU

UNTUK KEMAJUAN BANGSA INDONESIA”

INDONESIA- MALAYSIA

Pemerintah Kabupaten Bogor, sepatutnya bangga terhadap semangat belajar guru guru dari kecamatan Parungpanjang dan Tenjo. Pasalnya pada tanggal 4 Juni 2008 Subuh, dini hari mereka berangkat menuju Bandung untuk turut serta dalam Diklat guru Internasional yang diadakan oleh STKIP pasundan Bandung. Rombongan yang dengan semangat empat limat tersebut berjumlah kurang lebih 50 orang guru yang berasal dari SD dan SMP di Kecamatan Parungpanjang dan Tenjo, yang 15 diantaranya adalah guru SD yang sedang melanjutkan S1nya di UPI bandung jurusan Pendidikan matematika.

Lebih bangga lagi, setiap komentar dan pertanyaan setiap akhir session didominasi oleh pasukan dari Bogor yang semuanya tak mau dituduh mengikuti kegiatan tersebut hanya karena ingin sertifikatnya saja. Terbukti mereka berhasil membawa pulang beberapa buku yang hanya diberikan kepada penanya dan pemberi komentar terbaik saja. Rupanya semangat kebangkitan nasional juga muncul di sebuah kecamatan kecil berdebu yang ada di ujung Bogor, yaitu kecamatan parungpanjang. Terbukti peserta Diklat yang kebanyakan ibu-ibu tersebut bersedia jauh jauh pergi ke Bandung, meninggalkan keluarga untuk menginap yang tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit.

Diklat yang diadakan di gedung BP-PNFI Depdiknas RI yang ada di Lembang, Bandung tersebut diikuti oleh enamratus peserta yang berasal dari seluruh Indonesia. Acaranya sendiri dibuka oleh Ketua STKIP pasundan, Prof. Dr. Edi Komarudin. Yaang dalam kesempatan tersebut beliau menyatakan bahwa panitia penyelenggara diklat tersebut seratus persen adalah mahasiswa. Yang menurut beliau itu menandakan bahwa generasi muda kita cukup handal untuk mengadakan acara tingkat internasional tersebut.

Pemateri yang pertama adalah Bapak Mendiknas RI, yaitu Prof Dr. Bambang Sudibyo. Tentu saja para peserta memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan aspirasi guru yang selama ini terpendam tanpa penyaluran. Kebanyakan mempertanyakan masalah sertifikasi, UN, dan kebijakan publik yang lain terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Materi utama yang disampaikan oleh Mendiknas adalah mengenai Quality Insurance Guidence mengenai sekolah bertaraf internasional.

Materi yang diberikan pada Diklat yang diadakan selama dua hari (tanggal 4 sampai dengan 5 Juni 2008) tersebut adalah mengenai 1) Pelatihan dan Pengembangan Manajemen Diri Tenaga Pendidik, 2) Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Tenaga Pendidik, 3) Praktik Uji Jurnaslistik dan Pelatihan Karya Ilmiah, 4) Pelatihan Mengelola Keuangan sederhana, 5) Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah, 6) Pelatihan Pengisian Portofolio guru untuk sertifikasi, 7) Pelatihan Eunterpreuner dan Leadership 8) Pelatihan keuangan dan akuntansi dasar untuk guru, 8) Mengenal sistem Pendidikan Malaysia , 9) Studi Banding Pendidikan Indonesia-Malaysia.

Pembicara lain yang berkesempatan untuk memberi materi dalam diklat tersebut adalah Dr Jamil Ahmad (Universitas Kebangsaan Malaysia), Noorlia Goolamally (Open University Malaysia), H. Syafik Umar (Direktur Utama Pikiran Rakyat), Drs. H. Edi Komarudin, M.M., ketua STKIP pasundan, Dr.H. Endang Komara, Drs., M. Si. Dan beberapa praktisi pendidikan lainnya. Kualitas dan inesitas mereka dalam memberikan materi kepada semua peserta membuat para peserta pulang tidak dalam tangan kosong dan membawa sertifikat saja, tetapi juga membawa wawasan baru dalam dunia pendidikan sehingga bisa menjadi bekal bagi para guru terebut untuk menjadi seorang pendidik yang berkompetensi tinggi tenaga Pendidik,

Diklat guru seharusnya lebih sering diadakan di kabupaten Bogor, sehingga para gurunya juga mempunyai wawasan pendidikan yang luas dan mempunyai kompetensi setara dengan yang dituntut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada BAB IV, Pasal 10 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, serta dalam Pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

KOMPETENSI GURU

YANG DITUNTUT OLEH UUGD

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada BAB IV, Pasal 8 dinyaakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Selanjutnya dalam Pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Keempat kompetensi yang disyaratkan oleh UUGD bagi guru tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam RUU tentang guru dan dosen sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secar efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan.

Berkaitan dengan kompetensi minimal guru sebagai agen pembelajaran, Haris Suprapto dalam Trianto dan Titik (2007:72) menjabarkan kompetensi, sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik meliputi sub kompetensi pedagogik dan pengalaman belajar, sub kompetensinya yaitu:

a) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual. Indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual berdasrkan penelusuran berbagai sumber

(2). Berlatih mengumpulkan dan menganalisis data tentang karakteristik peserta didik melelui teknik yang relevan

(3). Berlatih menerapkan cara-cara memahami perilaku peserta didik sesuai dengan perkembangan peserta didik

(4). Berlatih merancang stimulasi berpikir sesuai dengan taraf perkembangan kognitif peserta didik

(5). Mengidentifikasi perilaku anka yang memiliki kelainan fisik, gangguan sosioemosional dan intelektual berdasakan data yang dikumpulkan

(6). Mengkaji karakteristik perilaku anak didik yang berbakat

(7). Mengkaji berbagai faktor penyebab masalah psikologis peserta didik dengan berbagai teknik yang relevan

(8). Berlatih memberikan bantuan/bimbingan kepada peserta didik yang mengalami masalah psikologis

(9). Berlatih mengembangkan kegiatan pengayaan bagi peserta didik berbakat

(10). Berlatih merancang kegiatan pengayaan untuk anak didik dengan keburuhan khusus

b) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya. Indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji latar belakang keluarga dan masyarakat serta kebutuhan belajar anak didik dalam konteks kebhinekaan budaya

(2). Berlatih menganalisis situasi dan kondisi keluarga dalam kaitannya dengan proses pembelajaran

(3). Berlatih melakukan survei lingkungan keluarga dan masyarakat

c) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik. Indikatornya adalah:

(1). Mengkaji berbagai gaya belajar peserta didik

(2). Berlatih mengidentifikasi gaya belajar peserta didik

(3). Berlatih mengidentifikasi gejala-gejala kesulitan belajar peserta didik

(4). Berlatih mendiagnosis kesulitan belajar perilaku anak yang mengalami kesulitan belajar

(5). Berlatih menentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan diagnosis

(6). Berlatih mengembangkan pebelajaran remedial dan pengayaan

(7). Berlatih melaksanakan bimbingan

(8). Mengembangkan strategi belajar peserta didik

d) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji dan mengidentifikasi potensi pesera didik

(2). Berlatih merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program pemberdayaan potensi pesera didik

(3). Mengoptimalkan pemberdayaan sumber belajar untuk pengembangan potensi peserta didik

e) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji landasan filosofis pembelajaran

(2). Mengkaji teori dan prinsip belajar serta pembelajaran

(3). Mengkaji prinsip-prinsip perencanaan kurikulum dan pembelajaran

(4). Mengkaji berbagai model pembelajaran inovatif

(5). Mengkaji dan berlatih menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran

f) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih menganalisis kurikulum

(2). Berlatih mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan peserta didik secara kontekstual

(3). Berlatih mengembangkan berbagai media pembelajaran kontekstual

g) Merancang pembelajaran yang mendidik, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji teori, prinsip, dan model rancangan pembelajaran

(2). Berlatih menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi berbagai model rancangan pembelajaran

h) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik, indikatornya adalah sebagai berikut:

(1). Berlatih menerapkan keerampilan dasar mengajar

(2). Berlatih menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

(3). Berlatih melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

(4). Berlatih melakukan penyesuaian transaksional dalam pembelajaran

(5). Berlatih menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(6). Berlatih memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran

(7). Berlatih memberikan bantuan belajar secara individual sesuai kebutuhan peserta didik

(8). Berlatih mengelola kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada pada peserta didik

i) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji teori, jenis dan prosedur evaluasi dan proses pembelajaran

(2). Berlatih mengembangkan berbagai berbagai instrumen evaluasi proses dan hasil pembelajaran

(3). Berlatih membiasakan diri melakukan refleksi mengenai proses dan hasil pembelajaran

(4). Berlatih menindaklanjuti hasil evaluasi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

2) Kompetensi Kepribadian, meliputi subkompetensi pedagogik dan pengalaman belajar yaitu:

a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik dan saran

(2). Berlatih membiasakan diri mentaati peraturan

(3). Berlatih membiasakan diri bersikap dan bertindak secara konsisten

(4). Berlatih mengenadalikan diri

(5). Berlatih membiasakan diri menempatkan persoalan secara proporsional

(6). Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab

b) Menampilkan diri sebagai pribadi berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih membiasakan diri berperilaku santun

(2). Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan

(3). Berlatih membiasakan diri berperilaku yang baik sehingga diteladani oleh peserta didik dan masyarakat

c) Mengevaluasi kinerja, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih mengevaluasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri

(2). Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri

(3). Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik

d) Mengembangkan diri secara berkelanjutan, indikatornya meliputi:

(1). Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian

(2). Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi guru

(3). Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru

3) Kompetensi sosial dengan subkompetensi sosial dan pengalaman belajar, yaitu:

a) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat, indikatornya meliputi:

(1). Mengkaji hakekat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik

(2). Berlatih berkomunikasi yang efektif dan empatik

(3). Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik

b) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, indikatornya:

(1). Berlatih merancang berbagai program untuk mengembangkan pendidikan di sekitar sekolah dan lingkungan sekitar

(2). Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai program di sekolah dan lingkungan sekitarnya

c) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global, indikatornya:

(1). Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional, dan global

(2). Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasional

(3). Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasional

d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji berbagai perangkat ICT

(2). Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi

(3). Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan profesional

4) Kompetensi profesional dengan subkompetensi profesional dan pengalaman mengajar, yaitu:

a) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, indikatornya adalah:

(1). Mengkaji substansi bidang studi

(2). Mengkaji metodologi keilmuan bidang studi

b) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, indikatornya:

(1). Mengkaji struktur kurikulum bidang studi

(2). Mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum

(3). Berlatih mengembangkan bahan ajar bidang studi

c) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, indikatornya:

(1). Mengkaji berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

(2). Memilih berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran secara kontekstual

(3). Berlatih menggunakan dan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

d) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, indikatornya:

(1). Berlatih memilih substansi, cakupan, dan tata urut materi pembelajaran secara kontekstual

(2). Berlatih mengidentifikasi substansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik

e) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, indikatornya:

(1). Mengkaji memahami penelitian tindakan kelas

(2). Berlatih mengidentifikasi permasalahan pembelajaran

(3). Berlatih menyusun rancangan PTK

(4). Berlatih melaksanakan PTK

(5). Berlatih merancang upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Sumber:

Trianto & Titik Triwulan Tutik. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

CINTA BUAT ASTUTI

Astuti, cewek manis berperawakan tinggi semampai, dengan jilbab yang tak pernah lepas dari kepalanya serta senyum lembut yang selalu menghiasi bibirnya. Namun siapa sangka Astuti terkenal garang dengan makhluk yang namanya cowok. Apabila ada yang menggoda cewek ini di pinggir jalan dia selalu memasang tampang yang judes dan bete abis. Tak jarang dia menimpuk batu cowok-cowok yang suka nongkrong di pinggir jalan hanya karena bersuit-suit menggoda. Aduh..pokoknya ada ada saja hal-hal yang dilakukannya sebagai protes ketidaksukaannya pada cowok yang suka jahil padanya.

Termasuk salah satu teman sekelasnya yang selalu menggodanya setiap hari. Cowok usil, begitu Astuti menamai cowok itu dalam hati. Setiap hari ada saja hal-hal yang dibuatnya untuk membuat Astuti jengkel. Kalau meminjam sesuatu, pasti dikembalikan dalam kedaaan yang tidak OK lagi. Kalau meminjam penggaris Selalu pulang dalam kedaan patah menjadi dua. Kalau meminjam penghapus pensil, selalu dikembalikan dengan tulisan I♥U. Kalau ada guru yang memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan tanggapan pada materi pelajaran, selalu dia nyeletuk “Astuti Buuu”.

Astuti merasa keki habis, setiap hari dikerjain seperti itu oleh Satria. Ekspresi tak suka selalu dia perlihatkan setiap kali Astuti bertemu pandang dengannya. Tak Jarang kegenitan Satria membuat hari-hari Astuti seperti di neraka. Kenapa sih ada lo di kelas inis?. Apa ga ada yang lebih Ganteng gitu? Apa ga ada yang lebih simpatik caranya berteman? Rutuk Astuti dalam hati. Dia tidak mau terlibat dengan apapun yang berkaitan dengan Satria. Tapi ia merasa seperti mendapat kutukan. Setiap ada tugas kelompok, Satria selalu berada di kelompoknya, setiap ada praktikum biologi, Satria selalu menjadi anggota kelompoknya.

“Ya..Ampun.. apa sih salah dan dosaku?”, keluh Astuti pada teman sebangkunya, Vena. “Masak kelompok studi wisata gue juga satu kelompok sama kunyuk itu? Bosan tau Ven, dijahilin melulu. Ngidam apa kali emaknya, hingga gue jadi sasaran melulu”

“Lo nya aja yang telmi, masak lu ga ngerti juga kalo Satria naksir sama lo?” Setengah mati Astuti membelalak mendengar apa yang dibilang sahabatnya. “Masak naksir begitu Ven, babak belur gue dikerjain”, sembur Astuti tak habis pikIr akan dugaan sahabatnya itu.

“Ya, namanya juga cari perhatian. Lain kepala lain isinya kan Neng,’ jawab Vena santai. Cara seseorang untuk menarik perhatian kan beda-beda”.

“Ah Lunya aja kali yang lagi telmi. Dimana-mana, orang yang lagi jatuh cinta tuh, ya ngirim bunga, sms mesra, ngasih coklat berbentuk hati, ngucapin selamat pagi, dan hal –hal lain yang romantis gitu. Bukannya kayak Kunyuk satu itu, tiap hari kerjanya bikin gue bete setengah mati,’’ Astuti tak mau kalah, tetap bertahan sama argumennya.

“ Udah,udah… mana pernah ada sejarahnya sih, gue menang debat ama lo?”. Kata Vena berusaha menutup pem,bicaraan. “Mending ngomongin hal lain yang bikin otak seger abis belajar fisika yang gurunya gualak minta ampun.

Sudah seminggu sejak obrolannya dengan Vena, Astuti merasakan rasa tenang dan aman dari gannguan. Pasalnya Satria tidak masuk sekolah karena sedang mengikuti orangtuanya pulang keluar Jawa. Tak henti-henti ia bersyukur dalam hati karena Satria tidak masuk sekolah. “Yang lama dong mudiknya” pintanya dalam hati.

Tepat seminggu Astuti tidak bertemu dengan Satria. Kabar yang terdengar selanjutnya adalah bahwa Satria sedang dirawat di rumah sakit. Walaupun dengan sedikit ketidakrelaan, Astuti ikut juga rombongan yang akan menjenguk Satria di rumah sakit. Ah, nanti juga sembuh, pikirnya. Di perjalanan menuju rumah sakit, Astuti mendengar berita yang membuatnya terkejut. Ternyata Satria sakit Leukimia, yang sudah diidapnya sejak empat tahun yang lalu. Sekarang untuk kesekian kalinya Satria harus dirawat di rumah sakit karena kecapaian pulang dari Palembang. Oh, parah juga rupanya sakit si Kunyuk itu”, kata Astuti dalam hati.

Sampai di rumah sakit, kejutan lagi yang didapatkan oleh Astuti. Ia bertemu dengan ayahnya di sana. Ternyata Satria adalah anak Bos ayahnya. Duh, sempit amat sih dunia? Masih merutuk. Masih takjub karena apa yang terjadi, tiba tiba terdengar jeritan tangis dari dalam ruang perawatan satria. Kami semua yang berada di luar ruangan segera menghambur masuk untuuk mengetahui apa yang terjadi.

Sebuah pemandangan yang sangat memilukan. Mamanya Satria memeluk Tubuh Satria yang sudah sangat kurus, wajahnya sangat pucat seolah sudah tak ada sinar kehidupan lagi. Ternyata Satria sudah meninggal.

Tiba-tiba terbayang di depan mata Astuti semua tingkah laku Satria yang selama ini terhadapnya. Rasa kehilangan selama dua minggu ini ternyata dijawab oleh fakta yang sangat menyedihkan. Ya, Astuti merindukan semua keisengan yang dilakukan Satria padanya setiap hari di kelas. Semula ia tak menyadari bahwa itu semua berarti, tapi setelah Satria pergi. Ternyata rasa cinta tak selalu terungkap dalam bentuk romantisme yang indah-indah saja. Bahkan rasa sayangnya untuk satriapun selama ini tertutup oleh rasa jengkel karena keisengan satria.

Airmata Astuti mengalir deras di suatu senja ketika dia sengaja datang ke makam Satria untuk mengakui semuanya. Dia duduk depan pusara yang masih merah tanahnya. “Padahal Satria, masih banyak yang ingin aku ungkapkan padamu, masih banyak waktu untuk kita menulis cerita, tapi ternyata aku salah sangka. Seandainya aku bisa memutar waktu untuk kembali ke hari-hari kemarin. Tentu tak akan sama hari-hari yang Sudah berlalu. Tentu akan lebih manis pena diary itu menggoreskan tinta kenangan yang menggema di jiwa. Satriaku,... selamat jalan..............