31 Agustus 2008

KONSEP WACANA

I. PENDAHULUAN
Dalam kenyataannya kita memakai bahasa tidak semata-mata sebagai alat untuk komunikasi. Dengan demikian bahasa tidak dipandang sebagai alat untuk komunikasi manusia, yang diperinci dalam bentuk bunyinya, rasanya, ataupun kalimatnya secara terpisah-pisah. Manusia memakai bahasa dalam wujud kalimat yang saling berkaitan. Kalimat yang pertama menuntut timbulnya kalimat yang kedua dan kalimat yang kedua menjadi acuan kalimat ketiga, kalimat ketiga mengacu pada kalimat yang pertama, dan seterusnya.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Wacana
Sebelum membahas lebih jauh tentang wacana, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisinya. Ada beberapa definisi tentang wacana, antara lain :
1) Wacana sering disebut demean discourse, yang berasal dari bahasa latin discursus yng berarti lari kian kemari. Discourse diturunkan dari ‘dis’ yang artinya ‘dari’, dalam arah yang berbeda, dan ‘curere’ yang berarti ‘lari’.
2) Wacana meliputi :
Komunikkasi pikran demean kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, konversasi atau percakapan
Komunikasi secara umum. Terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah
Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah. (Tarigan, 1987: 23).
3) Menurut Brown , melalui wacana kita dapat saling :
 Menyapa, menegur
 Meminta, memohon
 Menyetujuai, menyepakati
 Bertanya, meminta keterangan
 Meyakinkan
 Menyuruh , memrintah
 Mengkritik, mengomentari
 Memaafkan, mengampuni (Tarigan, 1987:24)
4) Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
5) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menhubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang membentuk satu kesatuan. (Depdikbud, 1988:334)
Jadi wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu dengan yang lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
B. Struktur Wacana
Struktur Wacana Meliputi:
 Pengirim
 Pesan
 Penerima
Salah satu struktur dari wacana tersebut adalah pesan. Pesan diwujudkan melalui bahasa, sedangkan bahasa itu belum tentu dapat terpahami oleh penerima pesan. Untuk memahaminya maka dibutuhkan konteks.
C. Batasan Konteks dan Koteks
Konteks adalah teks yang menyertai teks. Pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau dituliskan (koteks), melainkan termasuk kejadian-kejadian yang nirkata (nonlinguistic) lainnya, atau keseluruhan lingkungan teks itu.
Secara singkat konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau non lingual yang mendukung makna suatu wacana.
Menurut Malinowsky, yang disempurnakan oleh Firth, konteks dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. konteks situasi
Konteks situasi meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal action, maupun nonverbal action.
c. Ciri-ciri situasi lain yang relevan, benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar sepanjang hal itu bersangkut paut tertentu demean hal yang sedang berlangsung
d. Dampak-dampak tindakan tutur, bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi
2. Konteks budaya
Konteks budaya meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal maupun nonverbal
c. Ciri-ciri budaya yang ada pada daerah terjadinya komunkasi
d. Dampak-dampak tindakan tutur yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam kebudayaan tertentu
Komponen konteks meliputi:
a. Pembicara
b. Pendengar
c. Tempat/budaya
d. Waktu
e. Situasi
Peranan Konteks:
a. Mendukung dan memperjelas makna yang tidak dapat dijangkau atau diterangkan secara semantic
b. Menyatukan persepsi antara pembicara demean mitra bicara


KOTEKS
Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Contoh:
1) Terlihat seorang perempuan dan seorang laki-laki di rumah depan
2) Perempuan itu membaca buku dan tampak gembira, sedangkan laki-laki itu kelihatan resah dan berdiri di dekat jendela.
Kiranya tidak perlu diragukan lagi bahwa perempuan itu pada kalimat kedua mengacu pada perempuan yang sedang membaca buku di ruang depan. Adapun laki-laki yang terdapat dalam kalimat satu, mengacu pada seorang laki-laki yang kelihatan resah dan berdiri dekat jendela yang terdapat dalam kalimat nomor dua.

III. PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan, yaitu:
1. Wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu demean yang lain lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
2. Konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau nonlingul yang mendukung makna suatu wacana.
3. Koteks adalah semua unsur kebahasaan (linguistik) yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
M.A.K., Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan semiotic Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung:
Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar