31 Agustus 2008

STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

1. Konsep
Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Istilah lain : direct instruction, chalk and talk..
2. Karakteristik:
a. verbal/lisan
b. materi sudah jadi seperti data atau konsep atau fakta-fakta tertentu.
c. Tujuan utama siswa menguasai materi pelajaran itu sendiri
3. Strategi ini bisa digunakan apabila:
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview)
b. Guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, Mis. Supaya siswa hafal urutan pembuatan kain batik
c. Jika bahan yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa entang topik tertentu
e. Guru menginginkan untuk mendemostrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
f. Apabila siswa mempunyai kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g. Apabila guru ingin mengajarkan pada sekelompok siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah
h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa
i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Prinsip-prinsip penggunaan SPE:
a. Berorientasi pada tujuan
b. Prinsip komunikasi
c. Prinsip kesiapan
d. Prinsip keberlanjutan
5. Prosedur Pelaksanaan SPE:
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
b. Mengasai materi pelajaran dengan baik
c. Mengenali medan dan berbagai hal yang dapat mempenagruhi proses penyampaian
6. Langkah-langkah penerapan SPE:
a. Persiapan (preparation)
Tujuan persiapan:
• Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif
• Membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa
• Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
• Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
Langkah-langkah persiapan:
• Berikan sugesti positif dan hindari sugesti yang negative
• Sampaikan tujuan pembelajaran pada siswa
• Bukalah file dalam otak siswa
b. Penyajian (presentation)
• Hal yang perlu diperhatikan
• Penggunaan bahasa
• Intonasi suara
• Kontak mata
• Joke yang menyegarkan/intermezzo
c. Korelasi (correlation)
Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d. Menyimpulkan
Tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan
Cara menyimpulkan:
• Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan
• Memberikan pertanyaan yang relevan
• Dengan Maping melalui pemetaan keterkaitan antarmateri.
e. Mengaplikasi (application)
Merupakan langkah untuk unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.
Teknik yang digunakan:
• Membuat tugas yang relevan
• Memberikan tes yang relevan
7. Keunggulan SPE:
a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran
b. Efektif apabila materi cukup luas, tapi waktu terbatas
c. Selain mendengar melalui penuturan siswa juga bisa melihat/mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi)
d. Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar

8. Kelemahan SPE:
a. Hanya bisa digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik
b. Tidak bisa melayani perbedaan individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar
c. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan SPE sangat tergantung dengan guru (persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan kemampuan bertutur serta kemampuan mengelola kelas.
e. Kesempatan untuk mengontrol kemampuan siswa terbatas karena bersifat oneway communication.

Sumber :
Dr. Wina Sanjaya, M. Pd
Stratetegi Pembelajaran (berorientasi Standar Proses Pendidikan)
KONSEP WACANA

I. PENDAHULUAN
Dalam kenyataannya kita memakai bahasa tidak semata-mata sebagai alat untuk komunikasi. Dengan demikian bahasa tidak dipandang sebagai alat untuk komunikasi manusia, yang diperinci dalam bentuk bunyinya, rasanya, ataupun kalimatnya secara terpisah-pisah. Manusia memakai bahasa dalam wujud kalimat yang saling berkaitan. Kalimat yang pertama menuntut timbulnya kalimat yang kedua dan kalimat yang kedua menjadi acuan kalimat ketiga, kalimat ketiga mengacu pada kalimat yang pertama, dan seterusnya.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Wacana
Sebelum membahas lebih jauh tentang wacana, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisinya. Ada beberapa definisi tentang wacana, antara lain :
1) Wacana sering disebut demean discourse, yang berasal dari bahasa latin discursus yng berarti lari kian kemari. Discourse diturunkan dari ‘dis’ yang artinya ‘dari’, dalam arah yang berbeda, dan ‘curere’ yang berarti ‘lari’.
2) Wacana meliputi :
Komunikkasi pikran demean kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, konversasi atau percakapan
Komunikasi secara umum. Terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah
Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah. (Tarigan, 1987: 23).
3) Menurut Brown , melalui wacana kita dapat saling :
 Menyapa, menegur
 Meminta, memohon
 Menyetujuai, menyepakati
 Bertanya, meminta keterangan
 Meyakinkan
 Menyuruh , memrintah
 Mengkritik, mengomentari
 Memaafkan, mengampuni (Tarigan, 1987:24)
4) Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
5) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menhubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang membentuk satu kesatuan. (Depdikbud, 1988:334)
Jadi wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu dengan yang lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
B. Struktur Wacana
Struktur Wacana Meliputi:
 Pengirim
 Pesan
 Penerima
Salah satu struktur dari wacana tersebut adalah pesan. Pesan diwujudkan melalui bahasa, sedangkan bahasa itu belum tentu dapat terpahami oleh penerima pesan. Untuk memahaminya maka dibutuhkan konteks.
C. Batasan Konteks dan Koteks
Konteks adalah teks yang menyertai teks. Pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau dituliskan (koteks), melainkan termasuk kejadian-kejadian yang nirkata (nonlinguistic) lainnya, atau keseluruhan lingkungan teks itu.
Secara singkat konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau non lingual yang mendukung makna suatu wacana.
Menurut Malinowsky, yang disempurnakan oleh Firth, konteks dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. konteks situasi
Konteks situasi meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal action, maupun nonverbal action.
c. Ciri-ciri situasi lain yang relevan, benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar sepanjang hal itu bersangkut paut tertentu demean hal yang sedang berlangsung
d. Dampak-dampak tindakan tutur, bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi
2. Konteks budaya
Konteks budaya meliputi:
a. Pelibat (partisipan)
b. Tindakan pelibat, hal-hal yang sedang mereka lakukan baik verbal maupun nonverbal
c. Ciri-ciri budaya yang ada pada daerah terjadinya komunkasi
d. Dampak-dampak tindakan tutur yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam kebudayaan tertentu
Komponen konteks meliputi:
a. Pembicara
b. Pendengar
c. Tempat/budaya
d. Waktu
e. Situasi
Peranan Konteks:
a. Mendukung dan memperjelas makna yang tidak dapat dijangkau atau diterangkan secara semantic
b. Menyatukan persepsi antara pembicara demean mitra bicara


KOTEKS
Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Contoh:
1) Terlihat seorang perempuan dan seorang laki-laki di rumah depan
2) Perempuan itu membaca buku dan tampak gembira, sedangkan laki-laki itu kelihatan resah dan berdiri di dekat jendela.
Kiranya tidak perlu diragukan lagi bahwa perempuan itu pada kalimat kedua mengacu pada perempuan yang sedang membaca buku di ruang depan. Adapun laki-laki yang terdapat dalam kalimat satu, mengacu pada seorang laki-laki yang kelihatan resah dan berdiri dekat jendela yang terdapat dalam kalimat nomor dua.

III. PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan, yaitu:
1. Wacana adalah rangkaian kata-kata yang saling berulang dan saling berkaitan secara padu antara yang satu demean yang lain lainnya yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
2. Konteks adalah semua situasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa atau nonlingul yang mendukung makna suatu wacana.
3. Koteks adalah semua unsur kebahasaan (linguistik) yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
M.A.K., Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan semiotic Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung:
Angkasa.
Pertempuran Mimpi

Waktu benar-benar berjalan bahkan berlari. Mendampingiku, mendorongku, bahkan melecutku supaya semakin cepat berlari. Tapi kadang juga meninggalkaku terlalu jauh di belakang karena aku terlalu sibuk dengan mimpi-mimpi tanpa realisasi. Aku terperangkap dalam penjara tanya yang kadang bisa lengkap kujawab sendiri, tapi kadang menyisakan kabut yang tak pernah jelas terbaca hati.
Aku... tertengah engah mengatur hari
Menyiapkan senjata entah mau perang dengan siapa
Mengasah belati tak kunjung tajam tak kunjung puas hati
Pertempuran yang selalu menggayut asa
Kapan semua kan menjadi nyata